Minggu, 13 Desember 2015

produktivitas di ekosistem terumbu karang



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Ekosistem terumbu karang menempati area seluas 7.500 km2 dari luas perairan Indonesia. Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas menempati suatu daerah tropis dengan produktifitas yang sangat tinggi, demikian pula dengan keanekaragaman biota yang ada didalamnya.
Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dan antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik (habitat). Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam sistem.
Terumbu karang (Coral reef) merupakan ekosistrem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini mempunyai produktifitas organik yang sangat tinggi. Demikian keanekaragaman biota yang ada di dalamnya. Komponen biota terpenting di dalam suatu terumbu karang ialah hewan karang batu (stoni coral), hewan yang tergolong sceleratina yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur. Tetapi disamping itu sangat banyak jenis biota lainnya yang hidupnya mempunyai kaitan erat dengan karang batu ini (Nontji, 2002).
1.2.       Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Ø   Untuk mengetahui pengertian dari produktifitas.
Ø   Untuk mengetahui produktifitas terumbu karang
Ø   Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktifitas




BAB II
PEMBAHASAN
2.1.       Pengertian Produktivitas
Produktivitas adalah kemampuan suatu wadah untuk menumbukan/menghasilkan organisme pakan yang dapat digunakan untuk organisme lain untuk kelangsugan hidupnya. Produktivitas primer adalah pengubahan energi cahaya oleh produsen atau autotrof. Produktivitas primer merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh produsen.Produktivitas sekunder adalah penggunaan energi pada hewan dan mikroba (heterotrof). Produktivitas sekunder merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh konsumen. 
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energy dalam ekosistem. Pemasukan energy dalam ekosistem yang dimaksud adalah pemindahan energy cahaya menjadi energy kimia oleh produsen. Sedangkan penyimpanan energy yang dimaksudkan adalah penggunaan energy oleh konsumen dan mikroorganisme. Laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut sebagai produktivitas.
2.2.       Produktivitas Di Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas dan terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi dan tempat berkumpulnya beraneka ragam jenis-jenis ikan karang, udang, alga, teripang, karang, mutiara dan sebagainya.
Terumbu karang bukan merupakan sistem yang statis dan sederhana, melainkan suatu ekosistem yang dinamis dan kompleks. Tingginya produktivitas primer di ekosistem terumbu karang, bisa mencapai 5000 g C/m2/tahun, memicu produktivitas sekunder yang tinggi, yang berarti komunitas makhluk hidup yang ada di dalamnya sangat beraneka ragam dan tersedia dalam jumlah yang melimpah. Berbagai jenis makhluk hidup yang ada di ekosistem terumbu karang saling berinteraksi satu sama lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, membentuk suatu sistem kehidupan. Sistem kehidupan di terumbu karang dapat bertambah atau berkurang dimensinya akibat interaksi kompleks antara berbagai kekuatan biologis dan fisik.
2.3.       Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Menurut Jordan (1985) dalam Wiharto (2007), Jika produktivitas suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal itu menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika perubahan yang dramatis maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme penyusun eksosistem. Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan produktivitas pada berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan.

Produktivitas pada ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Ø   Suhu
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu bukanlah menjadi faktor dominan yang menentukan produktivitas, tapi lamanya musim tumbuh. Adanya suhu yang tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan akan berlangsung lama, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas.
Suhu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung, misalnya suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
Ø   Cahaya
Cahaya merupakan sumber energy primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan energy cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini berarti bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung peningkatan produktivitas primer.
Pada ekosistem terrestrial seperti hutan hujan tropis memilik produktivitas primer yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan iklim sedang (Wiharto, 2007). Sedangkan pada eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan jika perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
Ø   Air, curah hujan dan kelembaban
Produktivitas pada ekosistem terrestrial berkorelasi dengan ketersediaan air. Air merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik.  Secara kimiwi air berperan sebagai pelarut universal, keberadaan air memungkinkan membawa serta nutrient yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam bentuk air tanah, air sungai/perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di atmosfer dapat mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara suhu dan air hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembaban yang sangat ideal tumbuhan terutama pada hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas.
Menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007), tingginya kelembaban pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat yang menyebabkan lepasnya unsure hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Terjadinya petir dan badai selama hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang terfiksasi di udara, dan turun ke bumi bersama air hujan.
Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujan  akan menyebabkan tanah-tanah yang tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah. Pencucian adalah penyebab utama hilangnya zat hara dalam ekosistem.
Ø   Nutrien
Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa dalam jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas. Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang demikian disebut nutrient pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2 kadang-kadang membatasi produktivitas.
Produktivitas di laut umumnya terdapat paling besar diperairan dangkal dekat benua dan disepanjang terumbu karang, di mana cahaya dan nutrient melimpah. Produktivitas primer persatuan luas laut terbuka relative rendah karena nutrient anorganic khusunya nitrogen dan fosfor terbatas ketersediaannya dipermukaan. Di tempat yang dalam di mana nutrient melimpah, namun cahaya tidak mencukupi untuk fotosintesis. Sehingga fitoplankton, berada pada kondisi paling produktif ketika arus yang naik ke atas membawa nitrogen dan fosfor kepermukaan.
Ø   Tanah 
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilangsungkan oleh mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan basah, maka karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat (H2CO3 ) yang kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah ion hidrogen bermuatan positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation hara yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah melalui profil tanah (Wiharto, 2007).
Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan bereaksi dengan liat silikat dan membebaskan aluminium. Karena aluminium merupakan unsur yang terdapat dimana-mana di daerah hutan hujan tropis, maka alminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah asam di daerah ini. Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini dapat masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas organisme mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas penguraian serasah (Jordan, 1985 dalam Wiharto, 2007). 


Ø   Herbivora
Menurut Barbour at al. (1987) dalam Wiharto (2007), sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora biofag. Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem darat. Namun demikian, menurut McNaughton dan Wolf (1998) bahwa akibat yang ditimbulkan oleh herbivore pada produktivitas primer sangat sedikit sekali diketahui. Bahkan hubunga antar herbivore dan produktivitas primer bersih kemungkinan bersifat kompleks, di mana konsumsi sering menstimulasi produktivitas tumbuhan sehingga meningkat mencapai tingkat tertentu yang kemudian dapat menurun jika intensitasnya optimum. 
Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) menyatakan, bahwa walaupun defoliasi pada individu pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi, hal ini disebabkan oleh tingginya keanekaragaman di daerah hutan hujan tropis. Selain itu, banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika dikonsumsi oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora. 



BAB III
PENUTUP
1.3.       Kesimpulan
 Adapun kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :
Produktivitas merupakan laju pemasukan dan penyimpanan energi di dalam ekosistem. Produktivitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: produktifitas primer dan produktifitas sekunder.
Tingginya produktivitas primer di ekosistem terumbu karang, bisa mencapai 5000 g C/m2/tahun, memicu produktivitas sekunder yang tinggi, yang berarti komunitas makhluk hidup yang ada di dalamnya sangat beraneka ragam dan tersedia dalam jumlah yang melimpah karena mendapatkan masukan nutrisi dari daerah sekitarnya.
Produktivitas pada ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Ø  Suhu
Ø  Cahaya
Ø  Air, curah hujan dan kelembaban
Ø  Nutrien
Ø  Tanah 
Ø  Herbivora

Selasa, 24 November 2015

Avertebrata (Bivalvia)

https://docs.google.com/presentation/d/1sT1OF9_skYErggQuwCc1-MjgcoWlJV1xHyQFevmZMBU/pub?start=false&loop=false&delayms=3000



Pencemaran Biota Laut Oleh Logam Berat

https://docs.google.com/presentation/d/1ZDNPLGlCqXgAum1CYsBCel-26h2uOYZnJXk8EJu7o0M/pub?start=false&loop=false&delayms=3000






Makalah Avertabrata Air (Filum Mulussca)





















NAMA        : TRITEJO JACOB
NIM            :13380021
MK             : AVERTEBRATA PERAIRAN
FAKULTAS : PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG



Filum Mulussca - Kelas Bivalvia, Clams, Mussels, Oyters

Tujuan Materi
·    Mengetahui deskripsi filum
·    Mengetahui cri-ciri khusus dan umum
·    Mengetahui sistim organ utama
·    Mengetahui klasifikasi
·    Mengetahui nilai penting.
1.1. Deskripsi Filum
Moluska (filum Mollusca, dari bahasa Latin: molluscus = lunak) merupakan hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Habitat Mollusca di laut,air tawar, dan trestial. Sampai saat ini sekitar 15.000 spesies yang telah diketahui. Cara hidup Mollusca ada yang hidup bebas, merayap, menempel pada batuan, kayu, mengubur diri, mengapung di air, berenang. Sebagian besar anggota pilum ini memiliki cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat. Tubuh Mollusca dibagi menjadi tiga bagian yaitu kaki berotot, untuk pergerakan, masa visceral, yang mengandung sebagian organ internal mantel, suatu lipatan jaringan yang menutupi mas visceral dan mensekresikan cangkang.
Moluska merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah filum Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil. Moluska hidup di laut, air tawar, payau, dan darat.
Moluska dipelajari dalam cabang zoologi yang disebut malakologi (malacology).
Mollusca adalah kelompok hewan invretebrata yang memiliki tubuh lunak. Tubuh lunaknya itu dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang.
Mollusca atau hewan lunak yang umumnya memiliki rangka luar atau cangkang terdiri dari beberapa kelas.
1.      Kelas Gastropoda
2.      Kelas Bivalvia
3.      Kelas Cephalopoda
4.      Kelas Polyplacophora
5.      Kelas Scaphopoda

Kelas Bivalvia
Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-kerangan: memiliki sepasang cangkang (nama "bivalvia" berarti dua cangkang). Nama lainnya adalah Lamellibranchia, Pelecypoda, atau Bivalva. Ke dalam kelompok ini termasuk berbagai kerang, kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima; meskipun variasi di dalam bivalvia sebenarnya sangat luas.
Kerang-kerangan banyak bermanfaat dalam kehidupan manusia sejak masa purba. Dagingnya dimakan sebagai sumber protein. Cangkangnya dimanfaatkan sebagai perhiasan, bahan kerajinan tangan, bekal kubur, serta alat pembayaran pada masa lampau. Mutiara dihasilkan oleh beberapa jenis tiram. Pemanfaatan modern juga menjadikan kerang-kerangan sebagai biofilter terhadap polutan.

Sistematika

Klasifikasi berikut adalah berdasarkan klasifikasi Newel (1965) yang didasarkan pada morfologi. Hingga sekarang belum tersedia filogeni yang dapat sepenuhnya dipercaya. Beberapa kelompok diketahui parafiletik, terutama Anomalodesmata. Terdapat pula sistematika alternatif berdasarkan morfologi insang dari Franc (1960) dan disebutkan bila perlu pada daftar di bawah. Franc memisahkan Septibranchia dalam kelompok tersendiri, meskipun secara molekular malah membuat Eulamellibranchia menjadi parafiletik.

Subkelas Palaeotaxodonta (Protobranchia menurut Franc)
·         Ordo Nuculoida

Subkelas Cryptodonta (Protobranchia menurut Franc)
·         Praecardioida
·         Solemyoida

Subkelas Pteriomorphia (tiram, kupang, dll., Filibranchia menurut Franc)
·         Arcoida
·         Cyrtodontoida
·         Mytiloida
·         Ostreoida – semula termasuk Pterioida
·         Praecardioida
·         Pterioida

Subkelas Paleoheterodonta (Eulamellibranchia menurut Franc)
·         Trigonioida
·         Unionoida (jenis-jenis kupang air tawar)
·         Modiomorpha

Subkelas Heterodonta (mencakup remis, lokan, dan kerang-kerang yang biasa dikenal, Eulamellibranchia menurut Franc)
·         Cycloconchidae
·         Hippuritoida
·         Lyrodesmatidae
·         Myoida
·         Redoniidae
·         Veneroida

Subkelas Anomalodesmata (Eulamellibranchia menurut Franc)
·         Pholadomyoida

Kelas Bivalvia : oysters, clams, scallops, dan mussels.
Kelas Bivalvia atau Pelecypoda
           Kerang yang hidup di laut dan remis yang hidup di air tawar adalah contoh kelas Bivalvia. Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya
Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkok yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir.
 

Cangkok ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a.       Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung.
b.      Lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.
c.       Lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air.
          Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus. Perhatikan baik-baik, struktur dalam kerang air tawar pada gambar berikut!

          Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua. Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal. Untuk memudahkan memahami daur hidup Bivalvia dapat digambarkan melalui contoh daur hidup kerang air tawar pada gambar 5.
          Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak. Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda. Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.
1.2. Ciri-ciri Umum
Tubuh lunak terbungkus oleh cangkang yang mengandung zat kapur atau tidak bercangkang.
·         Ukuran dan bentuk tubuh Mollusca bervariasi.
·         Bertubuh lunak dan tidak beruas-ruas.
·         Hewan triplobastik selomata.
·         Tidak mempunyai tulang belakang
·         Hidup di air dan di darat
·         Memiliki cincin syaraf yang merupakan sistem syaraf
·         Organ ekskresi berupa nefridia
·         Memiliki radula (lidah bergigi).
·         Hewan Heterotof
·         Bereproduksi secar seksual
·         Struktur tubuhnya simetri bilateral
·         Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mineral

Ciri Khusus
Memiliki cangkok terdiri dari dua katup (bi=dua, valve=katup), dengankaki pipih (pelecy=kapak, podos=kaki) dan memiliki insang yang berlapis-lapis/lembaran (lamelli=berlapis/lembaran, branchiate=insang)
a.       Cangkok/cangkang berfungsi untuk melindungi tubuh, cangkoknya dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor. Bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis, di bagian anterior ditemukan umbo (bagian yang membesar/menonjol) dan dibagian posterior berupa punggung.
Cangkok/cangkang memiliki lapisan yang terdiri dari:
-          Periastrakum : lapisan paling luar tersusun atas zat tanduk/kitin berfungsi untuk  pelindung
-          Prismatik : lapisan tengah tersusun atas kristal kalsium karbonat (CaCO3) berbentuk prisma
-          Nakreas : lapisan paling dalam tersusun oleh kalsium karbonat yang tipis dan paralel dengan textur warna mengkilat  halus berfungsi menghasilkan sekret lapisan mutiara
b.      Kaki menyerupai kapak yang pipih (Pelecypoda) yang dapat dijulurkan ke luar berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir 
c.       bernafas dengan insang yang berlapis-lapis
d.      jantung terdiri dari sepasang bilik dengan peredaran darah terbuka
e.       Sistem pencernaan dimulai dari mulut melalui sifon ventral, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air.
f.       sistem saraf terdiri dari ganglion anterior (dekat lambung), ganglion 
             pedal di kaki dan ganglion posterior di sebelah bawah otot adductor  posterior
g.      terdapat alat keseimbangan (statokis) di dekat ganglion pedal

h.      reproduksi secara seksual, memiliki kelamin terpisah atau berumah dua. Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal. Zigot yang terbentuk selanjutnya akan membentuk larva glosidium

1.3. Sistem Organ Utama
·         Sistem pencernanan mkanan.
Makanan masuk bersama air ke mulut karena adanya silia pada palpus labialis. Osephagus pendek menghubungkan mulut dengan lambung. Sesudah dierna di lambung, makanan kemudian diserap di usus dan sisanya di buang ke anus.
·         Sistem perearan darah.
System peredaran darah terjadi atas jantung, saluran darah, dan rongga sinus. Jantung terdiri dari ventrikulum dan sepasang aurikulum.
·         System saraf.
System saraf terdiri dari beberapa ganglion yang terletk sebelah menyebelah di osephagus dan kemudian berhubungan dengan ganglion lain unuk mensarafi antara lain bagian kaki, alat dalam, dan ginjal.
·         Alat indra
Alat indra tidak berkembang, tetapi terdapat ada keseimbangan (statosista) yang terletak di belakang gaglion pedal dan osphradium (benda berwarna kuning) yang diduga sebagai alat penyaring air yang masuk ke mantel.
·         System reproduksi
Tiram air tawar umumnya diesis, tetapi  ada juga yang hemafrodit. Alat reproduksi terletak di dekat kaki berupa saluran terbuka yang terletak sebelah menyebelah dengan saluran ginjal. Sel kelamin jantan dikeluakan lewat sifon ventral dan ke insang bersama-sama air dan membuahi sel telur. Sel telur yang telah dibuahi tumbuh di bagian insang yang disebut marsupium. Setah mengalami pembuahan dan melalui fase blastula serta gastrula, akan terbentuk larva yang disebut glosidim, yaitu larva yang memiliki dua keeping cangkang.
1.4. Klasifikasi  Bivalvia
a.       Tiram atau Oyster
Sebagian besar anggotanya memiliki cangkang yang tak beraturan bentuknya karena mengikuti bentuk tempat ia bertumbuh ( umumnya batu ). Contohnya adalah tiram mutiara (Pinctada margarittifera / P.maxima). Ada juga yang memiliki cangkang sangat tipis dan bening ( dalam bahasa Inggris disebut "Capiz", biasa digunakan sebagai chandelier yang bisa bersuara merdu jika tertiup angin ( salah satunya dari species Placuna placenta).
b.      Mussel
Jenis-jenis kerang yang memiliki serabut perekat untuk bertaut pada bebatuan - mereka juga hidup & tumbuh berkelompok. Contohnya adalah kerang hijau atau green mussel (Perna viridis).
c.       Kerang simping atau scallop
Biasanya memiliki cangkang melebar dan datar (flat)-mereka bisa "berenang" dengan membuka dan mengatupkan cangkangnya. Contohnya adalah Noble Scallop (Pecten nobilis). Cangkang simping umumnya cukup indah untuk digunakan sebagai ornamen atau barang kerajinan.
d.      Kima atau clam
Ada yang bertubuh kecil, maupun sangat besar. Di beberapa tempat, kima terancam kepunahan karena cangkangnya dieksploitasi secara besar-besaran sebagai bahan baku ubin teraso ( di Indonesia ), atau untuk diambil otot aductor-nya sebagai bahan baku aphrodisiac. Beberapa di antaranya juga hidup di air tawar, seperti remis (Corbicula javanica); bahkan di sungai daerah Pangalengan yang airnya dingin pun juga terdapat kerang air tawar berukuran kecil ( mohon dibantu jika ada yang tahu nama speciesnya ). Dalam bahasa Indonesia beberapa species yang digolongkan sebagai "clam" dalam bahasa Inggris, cukup dipanggil sebagai "kerang" ( sebab dalam bahasa Indonesia, istilah "kima" mengacu pada kerang-kerang berukuran sangat besar ).
e.       Cockle
Umumnya memiliki cangkang bergerigi dan bertubuh tidak terlalu besar; contohnya: kerang darah (Anadara granosa) yang biasa disajikan di restoran seafood.
Contoh Anggota Serta Keragaman Dan Distribusi 
1. Remis Arc Clams - [Akagai (Jepang), Arc Shell, Clam Darah, kerang darah; Keluarga Arcidae]

Ditemukan di seluruh dunia, kerang busur umumnya kecil. Yang terbesar, yang digunakan untuk Akagai di sushi bar, 3 inci max. Spesimen foto, dibeli beku di pasar Asia, adalah antara 1-1 / 4 dan 1-5 / 8 inci kecuali yang besar (dibeli kosong) 2-5 / 8 inci. Ark kerang yang unik dalam memiliki pigmen darah merah hemoglobin dan mioglobin, ini memberi mereka mentransfer oksigen yang lebih baik yang memungkinkan mereka untuk hidup dalam lingkungan keruh oksigen rendah. Mereka dijual beku di pasar Asia secara keseluruhan, setengah shell, atau dimasak daging beku.
Geoduck - [Mirugai (Jepang), Giant Clam (AS sushi bar), Belalai Gajah Clam (China), Raja Clam (marketing AS), Goiduck, Gweduck; Panopea abrupta]
The Geoduck adalah Burrowing kerang terbesar di dunia. Individu dengan berat £ 15 dicatat dan yang lebih besar dikabarkan tapi spesimen foto adalah ukuran pasar normal 2,2 kilogram dan 12 inci panjang total (5 inch shell). Mereka sudah lama hidup dengan usia rekor 168 tahun.
Kerang ini hanya ditemukan di Pantai Barat Amerika Utara dari Washington State utara melalui Alaska selatan dan dari zona pasang surut sampai 350 meter. Nama berasal dari Nisqually India "gwe-duk" ("menggali-dalam") dan ejaan yang aneh diperkirakan telah kesalahan transkripsi.
Geoduck panen dikontrol ketat baik di AS dan Kanada untuk menjamin keberlanjutan. Sebagian besar panen komersial dikirim ke Jepang dan China di mana ia mengambil harga yang baik dan pasar yang membuat mahal di sini. Beberapa spesies Panopea jauh lebih kecil yang ditemukan di lepas Jepang, China dan Selandia Baru. dan Selandia Baru tampaknya telah mengadopsi nama geoduck untuk mereka.  
2. Mussels

Brown Mussel - [Perna perna]
Kerang Atlantik Selatan ini adalah asli pantai Afrika dan Amerika Selatan dan telah sengaja diperkenalkan, dan menjadi hama bersama, pantai Texas. Hal ini dikenal untuk menyumbat pipa dan peralatan kelautan dan tenggelam pelampung navigasi, seperti itu dekat relatif Asian Green Mussel . Ini merupakan kandidat untuk pertanian karena pertumbuhan yang sangat cepat tetapi belum menjadi tanaman komersial di Amerika Serikat. Dalam kerang hijau liar bisa menjadi racun karena dinoflagellata mereka memakan. Photo. Oleh Veronidae didistribusikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-Berbagi Serupa v3.0 Unported .
Oyster Eropa - [Eropa datar Oyster, Mud Oyster; Ostrea edulis]
Tiram ini adalah asli ke pantai timur Atlantik, dari Norwegia ke Maroko dan di Mediterania. Mereka diperkenalkan ke pantai Amerika Utara pada abad ke-20 pertengahan dan telah menetapkan populasi alami. Hal ini sedang bertani di Maine, Washington dan California, untuk dijual dengan harga lebih tinggi dari tiram lainnya. Rasa digambarkan sebagai "kering dan logam". mereka dianggap sangat baik untuk makan mentah pada setengah shell. Dewasa mengukur 1,5-4,3 inci Photo di. Oleh Jan Johan ter Poorten didistribusikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-Berbagi Serupa v3.0 Unported .
Olympia Oyster - [Ostrea lurida]
Ini adalah tiram Pasifik asli, ditemukan dari Alaska tenggara ke Baja tetapi yang paling umum di teluk dan muara dari negara bagian Washington. Ia memiliki kulit tebal bergalur berbentuk tidak teratur yang dapat berkisar dari putih melalui ungu berwarna hitam dan jarang tumbuh lebih besar dari 1-1 / 2 inci di.
Sebelumnya tiram ini begitu berlimpah di Pacific Northwest itu melahirkan industri kerang besar di negara bagian Washington. Pada abad ke-20 saham awal begitu hancur oleh lebih-panen, polusi dan lumpur dari pembangunan jalan raya petani tiram harus membawa Pasifik Oyster untuk bertahan dalam bisnis. Olympias menghilang sepenuhnya dari sekali berlimpah wilayah Puget Sound dan sangat rendah di tempat lain. Saham telah pulih sedikit di beberapa daerah dan upaya yang dilakukan untuk membantu pemulihan mereka, tetapi populasi masih pada tingkat yang rendah. Mereka juga telah muncul kembali di San Francisco Bay di California, pemijahan upaya pemulihan di sana. Foto oleh Feet Wet didistribusikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi v2.0 Generik .
1.5. Nilai Penting
Tiram: bivalvia ini adalah makanan yang mengandung protein seimbang, karbohidrat dan lipid dan rendah kolesterol. Tiram merupakan sumber yang sangat baik dari vitamin D, C, A, B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (niacin), besi, tembaga, yodium, magnesium, kalsium, seng, mangan dan fosfor dalam proporsi gizi yang baik.
1.            


https://c2.staticflickr.com/6/5211/5400729241_177c5dc374_z.jpg

Moluska juga mampu memproduksi mutiara, yaitu tiram dari ordo Pterioida, dan menurut catatan, maka mutiara terbesar yang dapat dihasilkan adalah dari "Pinctada maxima" (read: Philippine Pearl), dan juga menjadi satu2nya yang memproduksi mutiara laut selatan (south sea pearl) yang terindah dibandingkan yang lainnya sehingga mendapat julukan Mother of Pearl. Bahkan mantan presiden Filipina, Fidel Ramos mendeklarasikan pada tahun 1996 melalui Proclamation No. 905 menetapkannya sebagai gem nasional serta dapat dijumpai pada lembaran uang 1000 peso. Temperatur air, plankton dan sedimen adalah faktor2 penting yang menentukan kecerahan warna.
2.             Tiga serangkai siput ini adalah moluska yang paling beracun, "Conus geographus" (read: Geographic Cone Snail), "Conus tulipa" (read: Fish Hunting Cone Snail), dan "Conus Striatus" (read: Striated Cone Snail). Siput geografi adalah juaranya kalau mengacu kepada standar LD50 yaitu 4 µg/kg dimana mengandung MVIIA yang merupakan omega-conotoxin yang mengakibatkan efek kekakuan total pada curut, implikasinya adalah chronic neuropathic. Sementara itu, dalam bidang kesehatan dilakukan penelitian terhadap conotoxin ini dalam obat ziconotide untuk penyakit AIDS dan kanker. Sementara itu, siput tulipa memegang rekor kedua dengan LD50 10 µg/kg dan siput striatus pada urutan ketiga dengan LD50 100 µg/kg.
3.             "Protothaca staminea" (read: Pacific Littleneck Clam) memiliki keunikan yaitu bersembunyi dengan menggali tanah dengan kedalaman mencapai 10 cm sehingga warna kulit kerang tersebut akan banyak terpengaruhi oleh sedimen ataupun pasir tempat mereka bersembunyi. Kerang ini juga termasuk yang dapat dimakan. Selain itu, kerang ini memanfaatkan 2 sifonnya untuk makan, ketika air masuk melalui sifon yang pertama maka oksigen masuk ke dalam insang, namun makanan juga terperangkap melalui rambut kecil yaitu cilia terutamanya plankton. Sehingga tanpa perlu berusaha keras kerang mampu menikmati makanannya.
4.             "Tridacna squamosa" (read: Fluted Giant Clam) spesies kerang yang melakukan symbiosis dengan zooxanthellae dari jenis alga yang melakukan fotosinstesis sehingga segala nutrisi tercukupi untuk yang sangat lama berupa glukosa, glycerol dan asam amino. Sementara itu, keunikan lainnya adalah kerang ini selalunya hidup dengan menempel dengan substrat, batu ataupun permukaan yang solid, sehingga apabila dipaksa lepas maka akan kerang ini akan mengalami kerusakan yang sangat parah. Kerang ini juga memiliki kelebihan menyaring air menjadi partikel2 yang kecil dan murni.
5.             Tridacna gigas (read: Giant Clam) termasuk kandidat moluska yang terbesar, terutamanya dari kelas Bivalvia dengan ukuran 137 cm dengan berat 250 kg dan mampu hidup lebih dari 100 tahun lamanya seperti yang ditemukan pada tahun 1817 di pantai barat Sumatera. Sementara itu, pada tahun 1984 di pantai Ishigaki juga ditemukan yang tak kalah besarnya dengan ukuran panjang 113 cm dan berat mencapai 340 kg. Uniknya, kerang ini hanya punya satu kali kesempatan untuk mendapatkan tempat tinggalnya, ketika dia sudah dapat maka dia akan kerasan sampai mati dengan lama waktu hidupnya dapat mencecah 100 tahun juga.



1.6. Daftar Pustaka

produktivitas di ekosistem terumbu karang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.        Latar Belakang Ekosistem terumbu karang menempati area seluas 7.500 km2 dari luas perairan Indonesi...